Ini adalah kisah nyata yang saya baca di
majalah wanita di awal tahun '80-an (lupa, Kartini atau Femina). Kisah ini
menceritakan seorang ibu yang silsilah keluarganya hampir saja kacau.
Sang ibu lahir dari sebuah KB alias keluarga besar seperti
umumnya keluarga jaman dahulu. Sang ibu adalah anak bungsu dari 12
bersaudara -oleh karena itu kita sebut saja L, sesuai urutan abjad. Jika dihitung masing-masing anak selisih umurnya 2 thn, maka
selisih umur si sulung dengan si bungsu adalah 24 thn. Bisa dibayangkan
betapa ramainya keluarga ini.
Kisah
ini bermula saat si ibu sedang hamil anak ke 12, yang akhirnya diberi
nama L. Pada saat yang bersamaan anak pertama -perempuan bernama A- juga
sedang hamil calon cucu pertama. Selang 3 bulan setelah sang ibu
melahirkan L, si A juga melahirkan anak perempuan -sebut saja M. Jadi
sang tante (L) hanya beda usia 3 bulan dengan (M). Karena masih sebaya,
mereka sering main bersama, maklum rumah mereka juga berdekatan seperti layaknya keluarga jaman dahulu. Bagi yang tidak tahu sejarah keluarga ini pasti mengira mereka teman main biasa, padahal tante dan keponakan.
Waktu terus berlalu, L dan M selalu bersama, main bersama, sekolah juga bersama malahan mereka satu kelas ketika SD dan SMP. Untuk menjaga perasaan L, orang tua tak henti-hentinya meminta kepada M untuk tidak memanggil L dengan sebutan "tante atau bulik" jika di sekolah atau tempat umum. Masih sekolah SD kok sudah dipanggil "tante atau bulik", begitu alasan para orang tua. Kalau di rumah wajib manggil "tante atau bulik".
Waktu terus berlalu, L dan M selalu bersama, main bersama, sekolah juga bersama malahan mereka satu kelas ketika SD dan SMP. Untuk menjaga perasaan L, orang tua tak henti-hentinya meminta kepada M untuk tidak memanggil L dengan sebutan "tante atau bulik" jika di sekolah atau tempat umum. Masih sekolah SD kok sudah dipanggil "tante atau bulik", begitu alasan para orang tua. Kalau di rumah wajib manggil "tante atau bulik".
Ketika
mereka beranjak dewasa mulailah terjadi hal-hal yang cukup menggelikan.
Salah satunya, L melarang M punya pacar terlebih dulu. Masak tante
kalah sama keponakan dalam hal pacaran. Demi menjaga perasaan tantenya, akhirnya M memilih "backstreet" . Setelah L punya pacar barulah M berterus
terang tentang pacarnya. Merasa kalah set, L kembali "mengancam" M
untuk tidak menikah dulu sebelum L menikah. Untuk kali ini M menolak
"ancaman" L. Karena merasa sudah siap, maka M menikah lebih dulu. Merasa panas
karena selalu disalip oleh keponakan sendiri, L juga menikah beberapa
bulan kemudian. Rupanya L masih saja menebar ancaman kepada M, "kamu
boleh nikah duluan, tapi kamu tidak boleh punya anak duluan ! Saya masih
muda, saya tidak mau dipanggil "nenek" !" Beruntung, akhirnya L punya
anak lebih dulu.
Namun demikian kejadian yang hampir sama terulang lagi. Cicit pertama, -anak dari M, cucu dari A-, usianya hampir sama dengan cucu -entah cucu ke berapa- dari keturunan L.
Namun demikian kejadian yang hampir sama terulang lagi. Cicit pertama, -anak dari M, cucu dari A-, usianya hampir sama dengan cucu -entah cucu ke berapa- dari keturunan L.
Waduh..gimana tuh gan,,,ane bingung sendiri baca sislsilahnya...bagus buat dijadiin sinetron tuh gan. hehehe...
BalasHapusBlognya asik gan,,,salam kenal : LA MBARI corp.
hahahaha .... mungkin sambil dioret-2 bisa lbh dimengerti
BalasHapusyg versi Amerika malah lbh kacau lg, tp gak sy posting, krn sy yakin yg baca pasti akan bingung ...
salam kenal balik