Dulu,
sewaktu masih bekerja di sebuah perusahaan kontraktor di Papua, saya
sering berinteraksi dengan orang-orang dari Dinas PU. Setelah cukup lama
bergaul dengan mereka, saya bisa menarik kesimpulan, jika pimpinannya
(entah itu Kasubdin (kepala sub dinas) atau Kabagpro (kepala bagian
proyek)) orang Jawa maka kebanyakan anak buahnya/stafnya juga orang
Jawa. Begitu juga jika pimpinannya orang Batak, anak buahnya kebanyakan
orang Batak. Jika pimpinannya orang Toraja, anak buahnya juga orang
Toraja. Jika pimpinannya orang Manado, anak buahnya juga orang Manado.
Suatu
saat saya ditempatkan di sebuah proyek yang Kepala Bagian Proyeknya
orang Batak. Bisa ditebak, kebanyakan anak buahnya juga orang Batak.
Namun demikian, ada seorang staf proyek yang namanya menarik perhatian
saya. "Mangun." demikian dia menyebut namanya saat kami berjabat tangan,
saling memperkenalkan diri. Wah ... ada orang Jawa nyempil di tengah
kerumunan orang Batak, pikir saya. Saya tidak tahu nama lengkapnya
siapa. Saya pun hanya bisa menebak-nebak sendiri, mungkinkah Mangun
Prawiro, Mangundiharjo atau mungkin Mangundikromo. Entahlah.
Pernah
saya perhatikan dia ngomong pakai bahasa Jawa, ketika dia sedang
ngobrol dengan atasan saya. Seneng rasanya ketemu saudara satu suku di
tengah hutan belantara Papua. Dalam sebuah kesempatan, saya bertanya
(dalam bahasa Jawa, tentunya), "Jawanya mana, Pak Mangun?"
"Oh ... saya dari Malang." jawabnya singkat.
"Oh ... Jawa Timur. Saya juga Jawa Timur, juga dari Ma .... Magetan, tapi." balas saya sambil sedikit bercanda.
Suatu
ketika, tiba waktunya pemeriksaan progres pekerjaan untuk penagihan
termin. Dalam laporan pemeriksaaan progres pekerjaan tercantum sebuah
nama yang cukup asing, 'Eduard Simangunsong' (kordinator pengawas
lapangan). Saya pun bertanya kepada atasan saya, "Siapa Eduard
Simangunsong ini, Pak?"
"Ya itu, ..... Pak Mangun." jawab atasan saya.
"Lho ... katanya dari Malang. Ternyata Batak juga !" jawab saya dengan nada tidak percaya bercampur geli.
"Ya ... dia itu istrinya orang Malang, lama kuliah di Malang ... mungkin juga SMA-nya juga di Malang."
"Pantesan lancar ngomong bahasa Jawa!"
Pak Mangun ... Pak Mangun ..... kirain Mangun Prawiro atau Mangundiharjo, gak tahunya Eduard Simangunsong!
Entah
kenapa, saya jadi teringat dengan Maruli Sitompul, aktor watak
yang bermain sangat bagus sebagai pejuang Jawa dalam film "November 1828" karya sutradara (alm) Teguh Karya.
0 komentar:
Posting Komentar